Sunday, October 11, 2015

Stress boleh, asal jangan frustasi.

source: pinterest


Saya yakin seluruh wanita Indonesia saat ini sedang bermimpi memiliki kisah cinta seperti Glenn Alinskie dan Chelsea Olivia.
Sebuah kisah cinta yang sangat indah.
Sebuah kisah cinta yang "too-good-too-be-true".

Saya pun meyakini, bagi Anda yang belum menikah atau mungkin sudah menikah, begitu mengidam-idamkan pesta pernikahan ala Glenn  dan Chelsea yang begitu memukau.
Atau bahkan, untuk Anda yang mengikuti kisah mereka dari saat berpacaran, "proposal-event" di sebuah mini-boat, hingga akhirnya D-day, Anda pasti membayangkan kehidupan mereka sangatlah indah, seperti layaknya "cupid-cupid" selalu mengelilingi kemanapun mereka pergi.
Tidak seperti kebanyakan wanita lainnya (mungkin Anda pernah melihat kakak perempuan Anda, saudara atau bahkan tetangga Anda) yang stress mati-matian menjelang D-day.

Oke, saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang Glenn dan Chelsea, karena blog ini bukanlah infotainment.
Saya ingin menuangkan apa yang dirasakan (mungkin) bagi pada sebagian besar wanita yang akan menikah di dunia ini.

Bahwa sebenarnya, mengurus persiapan bukan sesuatu yang mudah seperti film-film kisah putri kerajaan yang ketika ingin menikah, dapat langsung menggelar pesta pernikahan saat itu juga dengan riang gembira.

Tidak. Tidak semudah itu.

Anda yang telah melewati hari itu, pasti memahami apa yang saya tulis ini.

Terutama untuk Anda, wanita yang dalam mempersiapkan hari spesial Anda bukanlah seorang pengangguran, alias wanita karier. It's soooo complicated. Di mana, Anda dihadapi oleh segudang pekerjaan dari Bos Anda, namun di sisi lain Anda harus menyiapkan seluruh detail persiapan hari spesial Anda dengan "sempurna".

Stress.
Itu mungkin kata pertama yang terlintas dalam benak Anda ketika merasakan hal tersebut.
Di mana ketika Anda merasa sangat bingung, harus mulai dari mana? Apa yang pertama kali harus Anda lakukan? Belum lagi di sisi lain Anda menjadi sangat sensitif. Sering marah, tersinggung atau bahkan mudah menangis untuk hal-hal yang sangat sepele.

Saya yakin, hal tersebut pasti dirasakan oleh seluruh wanita di alam semesta ini.
Betapa Anda sangat ingin tampil istimewa dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat perfect, namun di sisi lain pekerjaan menumpuk, jadwal training yang padat, atau permintaan mitra kerja yang sangat "penting-mendesak" alias saat itu juga harus dikerjakan. Itu semua pasti membuat Anda seakan-akan ingin "kabur" sejauh-jauhnya dari semua hal yang memusingkan itu.

Bahkan, teman sekantor saya saat ini ada yang memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, akibat stress berkepanjangan karena persiapan pernikahannya yang begitu memusingkan. Hal ini benar-benar sangat tidak sehat apabila stress ini kita biarkan terus berkembang biak dalam pikiran kita.

Tenang.
Relax.
Itu kuncinya.

Dulu ketika saya menyusun skripsi, saya sangat rajin melakukan olahraga Yoga. Itu benar-benar efektif membuat tubuh lebih tenang dan hati lebih sabar. Namun belakangan ini, saya hampir tidak pernah melakukan Yoga karena tidak memiliki instruktur di tempat kerja saya yang baru. Maybe it's the best time for me to get more exercise again.

Sebenarnya, ada faktor lain yang dapat membuat "sang-wanita" lebih relax dan tenang. Yaitu "sang-pria". Di mana, seharusnya para pasangan ini bisa saling membantu pasangannya dan berkomitmen untuk menjalankan tugas persiapan sesuai dengan target dan kesepakatan yang telah dibuat. Yang sering terjadi adalah, "sang-wanita" stress karena "sang-pria" selalu menjawab "terserah".

Nah, untuk kalian para pria calon pemimpin rumah tangga, jangan biasakan bilang "terserah" jika ditanya oleh calon istri Anda sendiri. Upayakan untuk selalu merespon baik dan berdiskusi tentang apapun yang ditanyakan oleh "sang-wanita". Hal ini akan meminimalisir konflik yang terjadi, di mana "sang-wanita" benar-benar sangat sensitif dan 'easy to cry' banget. hahahaha.

Stress boleh, asal jangan frustasi.

Kalau Anda, para wanita yang sudah tidak dapat mengendalikan stress dalam diri Anda, hal yang mungkin terjadi adalah Anda mengalami frustasi. Dan ketika Anda mengalami frustasi, maka yang terjadi adalah, Anda akan melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan Anda, pasangan maupun keluarga.

Dan apabila Anda telah mengalami sesuatu yang sangat berat dalam hidup Anda,
Ingat masa-masa ketika Anda begitu menginginkan pasangan Anda.
Ingat pertama kali Anda bertemu dengan pasangan Anda.
Atau mungkin,
Ingat dan resapilah, ketika Anda merasa bahwa Anda tidak siap untuk kehilangan pasangan Anda.

Terapi pikiran ini akan sangat membantu dan dapat mengaktifkan saraf-saraf rasa sabar Anda yang mungkin kian memudar.

Kunci dari sebuah pernikahan adalah "memberi".

Dan yakinlah,
Bahwa your wedding day is not a fairytale.
dan pasangan Anda tidak sempurna.

Jadi, pahami dan mengertilah.
Maka Anda telah mencapai sebuah titik kedewasaan yang begitu mulia.

Source: Pinterest